Majalah Sinergy

Empat Lapis Kontrol Safety Badak LNG

Di Balik Pencapaian 90 Juta Jam Kerja Aman Badak LNG

Pada 16 September 2017, tepat pukul 24.00 berlangsung hal yang tidak biasa untuk para pekerja shift malam di Badak LNG. Jajaran Manajemen Badak LNG mengunjungi para pekerja di MCR 1, MCR 2, Laboratorium, Fire & Safety Section, serta Security Section.  Bukan sekadar berkunjung, Manajemen juga melakukan pemotongan tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur.

Ternyata pada waktu tersebut, Badak LNG telah resmi mencapai 90 juta jam kerja aman tanpa kecelakaan kerja. Oleh karena itu, seluruh manajemen dan pekerja Badak LNG melakukan perayaan khusus sebagai ungkapan syukur atas pencapaian luar biasa ini. Dengan prestasi ini, Badak LNG selama sebelas tahun atau tepatnya sejak bulan Desember 2006, belum pernah mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya jam kerja aman.

Sebelas tahun tanpa catatan kecelakaan tentu bukan capaian yang main-main, apalagi jika mengacu pada pendapat pakar K3 Indonesia Tarwaka. Ia menyatakan bahwa dalam setiap proses produksi, peralatan atau mesin di tempat kerja yang digunakan selalu mengandung potensi bahaya tertentu. Potensi bahaya ini bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Hal yang sama berlaku untuk produksi LNG yang menggunakan peralatan kompleks dan kondisi proses ekstrim. Belum lagi penyebab khas kecelakaan yang banyak dijumpai di industri LNG seperti kerusakan peralatan, kesalahan operator, dan kondisi area kerja yang ekstrim. Bahkan kondisi perpipaan juga sangat berpotensi jadi sumber kecelakaan, misalnya jika terjadi kebocoran karena cacat bahan atau cacat pengelasan.

Pencapaian 90 juta jam kerja aman telah menjadi bukti bahwa Badak LNG mampu mengatasi semua potensi yang mungkin dapat jadi pemicu kecelakaan. Hal ini juga tidak terlepas dari kualitas dan kerja keras pekerja untuk menjaga aspek SHEQ selama bekerja. Sebab berdasarkan data yang diungkap oleh International Labour Organization (ILO), sekitar 85% penyebab utama kecelakaan adalah dari faktor manusia. Sedangkan yang 15% barulah faktor kondisi lapangan yang berbahaya atau alam yang ekstrim. Misalnya kecelakaan akibat kerusakan peralatan.

 

Empat Lapis Safety

Badak LNG sangat menyadari bahwa faktor sumber daya manusia menjadi salah satu faktor terbesar kecelakaan kerja. Untuk itu, Badak LNG secara kontinu terus melakukan edukasi bagi para pekerja mengenai aspek SHEQ. Bahkan penanaman konsep SHEQ telah dilakukan sejak para pekerja mengurus badge kerja. Seorang pekerja tidak mungkin mendapatkan badge kerja tanpa terlebih dahulu mengikuti safety class dan mendapatkan SHE-Q Passport yang menandakan ia sudah mengerti aturan keselamatan kerja.

Namun untuk menjaga kesalahan yang mungkin dapat terjadi akibat human error, Badak LNG telah menyiapkan berbagai tools keselamatan yang dapat diakses semua pihak dan dijalankan secara berlapis. Tools ini bermanfaat untuk mencegah terjadinya sebuah kecelakaan yang sudah dapat diprediksi atau pernah terjadi. Badak LNG menggunakan empat lapis safety sebagai tools keselamatan di lingkungan perusahaan.

[gambar]

Lapisan pertama dan terluar adalah konsep kontrol secara global yang dilaksanakan secara menyeluruh dalam sebuah kegiatan besar (biasanya setingkat divisi). Contohnya adalah melalui kegiatan SHEQ Talk Akbar (misalnya SHEQ Talk Akbar Production Division). Contoh lainnya adalah kegiatan traffic inspection yang dilaksanakan secara random untuk memeriksa kelengkapan stiker serta surat-surat kendaraan.

Melalui lapisan pertama ini, Manajemen Badak LNG turun langsung untuk melakukan edukasi mengenai safety kepada para pekerja dalam lingkup besar. Seringkali materi yang disampaikan adalah materi yang berulang, yang mungkin para pekerja sudah memahaminya. Tujuan pengulangan ini bukan untuk mencari kesalahan, namun untuk mengingatkan. Hal ini penting untuk dilakukan karena keselamatan kerja harus secara konsisten diterapkan serta diingatkan kembali, baik dalam rangka praktik lapangan (di area kerja) atau teori (dalam sebuah kelas berukuran besar atau kecil).

Sedangkan lapisan kedua adalah konsep kontrol yang tetap melibatkan manajemen namun dalam ruang lingkup lebih kecil, biasanya ada dalam level departemen. Salah satu aplikasinya adalah kegiatan SHEQ Talk yang rutin dijalankan di setiap departemen, kegiatan STAR (SHEQ Tour and Review) yang dilakukan satu bulan dua kali, serta kegiatan Management Inspection pada setiap awal tahun.

Pada lapisan kedua ini, Manajemen kembali turun ke setiap lapisan pekerja serta mitra kerja. Dengan ruang lingkup yang lebih kecil, diharapkan semua knowledge tentang safety ini bisa lebih menyentuh sasaran. Sebab dalam skala yang lebih kecil, manajemen dapat berbicara dan melakukan diskusi dengan para pekerja secara lebih dekat.

Setelah manajemen turun kepada para pekerja dalam lingkup besar dan kecil, lapisan ketiga adalah konsep saling mengingatkan antar pekerja. Salah satunya melalui penerapan kebiasaan untuk melakukan toolbox meeting pada setiap kelompok kerja. Selain itu, Badak LNG juga sudah memiliki tools yang disebut dengan Attitude Reinforcement Techniques (ART). Melalui pelaksanaan program ART, pekerja dan mitra kerja menciptakan interdependent culture yaitu budaya tim yang tidak hanya memperhatikan keselamatan diri sendiri tetapi juga memperhatikan keselamatan orang lain di sekitar.

Dalam praktiknya, diharapkan ART dapat mencegah kerugian baik materiil maupun non materiil, mencegah cedera fisik, serta melakukan perbaikan performa dan budaya SHEQ. ART juga melibatkan seluruh pekerja Badak LNG untuk peduli atau sadar dengan aspek SHEQ. Dengan demikian, pekerja akan bersama-sama mencegah perilaku dan kondisi tidak aman dengan membangun komunikasi dua arah dan mewujudkan budaya interdependen.

Selain itu, konsep saling mengingatkan juga tampak dari penerapan SHEQ Campaign secara konsisten dengan tema berbeda setiap bulannya. SHEQ campaign ini dilaksanakan melalui kegiatan seperti training, workshop, penyebaran flyer, pemasangan banner, inspeksi, dan audit

Lingkaran terakhir adalah lingkaran paling utama karena paling dekat dengan individu para pekerja. Lingkaran ini berupa tools untuk mengingatkan diri sendiri. Misalnya adalah dengan mewajibkan pekerja sebelum bekerja untuk melaksanakan Sistem Izin Kerja, membuat dan menerapkan Task Risk Assessment (TRA), dan melakukan Take Two sebagai personal risk assessment.

Dengan tools-tools ini, para pekerja serta mitra kerja dibiasakan untuk memeriksa ulang kesiapannya dalam bekerja. Misalnya dalam konsep Take Two yang secara teknis berarti menyisihkan waktu dua menit sebelum memulai sebuah pekerjaan. Dalam waktu dua menit ini pekerja harus memeriksa empat aspek pekerjaannya sendiri, yaitu Talk, Action, Knowledge, dan Equipment.

Aspek Talk yang dimaksud adalah apakah sebelum memulai pekerjaan pekerja telah berbicara dengan orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan. Sedangkan aspek Action dan Knowledge membahas mengenai apakah pekerja mengetahui cara yang tepat dan memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengerjakan pekerjaannya. Aspek terakhir, Equipment memastikan ketersediaan peralatan yang tepat untuk melaksanakan pekerjaan.

Dengan terbiasa mengoreksi diri sendiri maka secara langsung pekerja akan terbiasa mengingat segala aspek safety yang telah ia ketahui. Jika ia lupa, maka lapisan ketiga atau konsep saling mengingatkan antar rekan kerja akan menjadi semacam bumper pengaman. Jika lapisan ketiga ini tidak juga efektif maka lapisan kedua yaitu knowledge sharing di level departemen mungkin bisa jadi pengingat. Lalu yang terakhir, sebuah kegiatan level besar yang ada di lapisan terluar merangkum semuanya menjadi satu.

Dengan melaksanakan semua ini secara konsisten, bukan tidak mungkin di masa mendatang Badak LNG akan mampu mencapai angka 100 juta jam kerja. Mari kita wujudkan bersama-sama.

Show More

Related Articles

Back to top button