Majalah Sinergy

Mengenal Continuous Improvement Program

Bayangkan seseorang sedang membuka sebuah kedai kopi di tengah kota. Kopi yang akan ia sajikan kepada para pengunjung tentulah harus yang terbaik. Biji kopinya mungkin dipesan khusus dari Sidikalang atau Toraja. Mungkin tanpa tanggung-tanggung, ia akan memesan sebuah mesin espresso khusus dari luar negeri, menyewa seorang barista berpengalaman, dan menata interiornya seindah mungkin. Intinya ia ingin memberikan yang terbaik.

Namun, seiring semakin ramainya kedai kopinya, orang lain mulai tertarik membuka kedai serupa sehingga timbullah persaingan. Untuk memenangkan persaingan, dia pun mencari tahu biji kopi apa yang lebih unggul, barista mana yang lebih yahud, mesin-mesin pengolah kopi mana yang terbaru dan tercanggih.

Demikian pula dengan para pesaingnya. Semua orang terus menerus melakukan peningkatan dan perbaikan kualitas produknya untuk menjadi yang terunggul. Sekecil apapun perbaikan dan peningkatan yang dilakukan, dapat sangat berarti untuk memenangkan persaingan.

Konsep CIP mulai populer ketika Dr. Edward W Deming datang ke Jepang pada 1950 yang kemudian disusul oleh Dr. J M Duran pada tahun 1954 untuk memperkenalkan konsep Quality Control Circle (QCC). Pada tahun 1962, Kaoru Ishikawa seorang guru besar dari Tokyo University yang pada saat itu juga menjadi leader of Company–wide Quality Control Circle (QWQC) mendesak para manajer perusahaan di Jepang agar tidak cepat puas hanya dengan meningkatkan kualitas produk.

Gagasannya mengenai kendali mutu pada seluruh bagian perusahaan menuntut pelayanan pelanggan yang terus menerus. Hal ini berarti, para pelanggan tetap mendapat layanan bahkan setelah menerima produk yang mereka inginkan. Manajemen mutu menurut Ishikawa adalah proses yang kontinu dan senantiasa dapat ditingkatkan selangkah lagi ke depan.

Untuk mendukung konsep CIP, Ishikawa menciptakan diagram sebab-akibat yang kemudian dikenal sebagai “fishbone (Jepang: ‘Ishikawa’) diagram”. Dengan menggunakan diagram ini, pimpinan manajemen dapat melihat seluruh sebab yang mungkin dari sebuah akibat/hasil. Dengan demikian diharapkan manajemen dapat menemukan akar dari ketidaksempurnaan dalam proses kerjanya. Dengan menentukan akar masalah, diagram ini membangun perbaikan kualitas secara bottom up.

Dengan dukungan dari Dr. W. Edwards Deming, Ishikawa menyampaikan kuliahnya mengenai Total Quality Control di Jepang. Deming lebih lanjut menambahkan tool bernama PDCA dalam konsep continuous improvement. PDCA adalah siklus manajemen yang terdiri atas empat tahapan sebagai berikut:

  • Plan: temukan sebuah peluang perbaikan dan rencanakan perubahan apa yang dapat dilakukan.
  • Do: terapkan perubahan pada skala kecil.
  • Check: gunakan data untuk menganalisis hasil dari perubahan yang dilakukan dan tentukan apakah perubahan tersebut memang signifikan.
  • Act: jika perubahan tersebut berhasil, terapkan pada skala yang lebih besar dan terus uji hasil yang diperoleh, namun jika perubahan yang dilakukan tidak berhasil ulang kembali tahapan pertama.

 

Penerapan CIP di Badak LNG

CIP atau Continuous Improvement Program juga telah diterapkan Badak LNG sejak tahun 1996. Sistem ini dibuat untuk menyelesaikan masalah di unit kerja serta penuangan ide menjadi sebuah inovasi. Selain menggunakan konsep PDCA (Plan Do Check Action) dari Deming, Badak LNG juga menambahkan DELTA (Delapan Langkah Tujuh Alat). Kedua konsep ini Perusahaan terapkan secara berkesinambungan.

Dalam penerapannya, CIP dibedakan berdasarkan jumlah orang yang terlibat. Apabila dilakukan oleh 1-2 orang dari unit kerja yang sama dinamakan Individual Improvement (I-Prove). Apabila dilakukan oleh 5-7 orang dari unit kerja yang sama dinamakan dengan Functional Team Improvement (FT-Prove), dan bila dilakukan oleh 7-10 orang dari unit kerja yang berbeda (lintas departemen) dinamakan dengan Project Collaboration Improvement (PCProve).

Kelompok-kelompok tersebut dengan sukarela, secara berkala dan berkesinambungan, mengadakan pertemuan untuk memecahkan masalah dan menerapkan kendali mutu.

Sesuai konsep yang dikembangkan Ishikawa dan Deming, CIP bertujuan meningkatkan value creation, pertumbuhan ide, perbaikan serta inovasi, dan membangun budaya perbaikan yang berkelanjutan.

Lewat CIP, Badak LNG dapat menjalankan fungsinya bukan hanya sebagai perusahaan penyumbang devisa negara lewat pengelolaan gas alam. Namun, lebih jauh, Badak LNG dapat pula tampil sebagai perusahaan penuh inovasi yang mengarah pada perbaikan berkesinambungan.

Tujuan jangka pendek Badak LNG dalam melakukan kegiatan CIP adalah untuk memotivasi dan meningkatkan kemampuan pekerja dalam pemecahan masalah. Melalui CIP, Badak LNG berharap keterlibatan pekerja dalam memberikan rekomendasi meningkat, sekaligus menumbuhkan usulan aneka solusi masalah kepada pihak Manajemen. Selain itu, Perusahaan juga berharap CIP dapat menanamkan kesadaran pekerja tentang pentingnya pencegahan masalah.

Dalam jangka panjang, inovasi-inovasi yang dihasilkan CIP diharapkan akan meningkatkan produksi, efisiensi serta keamanan dan keselamatan kerja sehingga perusahaan mampu berkompetisi dengan perusahaan lain di bisnis LNG. Dengan konsistensi perbaikan yang mengacu pada konsep mutu QCDSM (Quality, Cost, Delivery, Safety & Moral), akan muncul improvement dari berbagai aspek.

Dengan demikian Perusahaan dapat melakukan efisiensi sekaligus meningkatkan efektivitas, sejalan dengan visi Badak LNG untuk “menjadi perusahaan energi kelas dunia yang terdepan dalam inovasi”.

Untuk mendorong tumbuhnya semangat inovasi, Badak LNG secara rutin melaksanakan kompetisi CIP di Badak LNG. Bahkan sejak tahun 2011, Perusahaan telah rutin memberikan penghargaan kepada para inovator, atau para pekerja yang melakukan inovasi di bidang lingkungan. Efek positifnya, dari tahun ke tahun jumlah pekerja inovator terus meningkat.

Inovasi terutama muncul dalam aspek efisiensi energi, pengurangan emisi, pengelolaan limbah, dan konservasi air.

Ide-ide yang muncul dari para pekerja Badak LNG tersebut disambut baik oleh perusahaan dan kemudian dimatangkan serta diintegrasikan ke dalam sistem ISO 14001 untuk sistem Manajemen Lingkungan yang sudah Badak LNG peroleh sejak tahun 2000. Kini, setelah bertahun-tahun diterapkan, CIP dan inovasi-inovasi yang dihasilkannya telah menjadi semacam DNA dalam lingkup kerja di Badak LNG.

Show More

Related Articles

Back to top button